kesabaran penantian selama ini akhirnya terjawab sudah. akhirnya diri ini dapat merasakan manisnya ukhuwah dikampus. walau belum bisa semaksimal seperti saat di SMA dulu, tapi aku yakin ukhuwah disini tidaklah kalah dasyatnya seperti saat di SMA dulu. dikampus ukhuwah masih berukuran seperti biji jagung. dan disinilah tugasku untuk menanamnya dan menyirami biji jagung tersebut supaya tumbuh dan menghasilkan sebuah pohon jagung yang berbuah jagung. itu semua memerlukan sebuah proses. proses tersebut tidaklah mudah, akan tetapi bila kita yakin pastilah semua kesulitan itu akan saya lewati. dan tak lupa juga dalam menanam dan memelihara biji jangung tersebut tidaklah mudah bila sendirian. alangkah lebih baik bila biji jagung tersebut dipelihara oleh banyak orang. karena ukhuwah itu sebuah keindahan dijalan dakwah. dan jalan dakwah sangatlah sulit dan terjal. kepastian kapan berakhirnya dakwah ini tidak seorangun yang akan tau. maka dari itu untum mempertahankan keistiqomahan dalam ukhuwah kita harus saling mengingatkan satu dengan yang lainnya.
[...]

New Friend

-
Posted by Ramadhani
Hari ini adalah hari pertama aku meninggalkan kampung halaman untuk menimba ilmu yang lebih tinggi lagi. Walau terasa agak berat tapi ini adalah tantangan bagiku. Mengapa saya katakan berat? Karena harus berpisah dengan orang tua, keluarga, teman-teman dan murobbi. Kerena merekalah yang selalu mengawasiku. Disini hal itu sudah ditaklah ada karena disini yang ku rasakan begitu bebas, bebas untuk bertindak dan berbuat. Hal inilah yang akan menentukan siapakah sebenarnya diriku ini, apakah selama ini perbuatan yang ku lakukan hanyalah takut kepada orang tua, keluarga, teman dan murobbi atau malah ini adalah sifat dari diriku yang sebenarnya. Tidak hanya itu saja yang paling membuat berat adalah tempat dimana aku merantai ini satu kota dengan seorang perempuan yang ku cintai. Mungkin dari beberapa pemikiran orang bahwa aku dan dia satu kota adalah hal yang indah menyenangkan dan sebagainya seprti yang diungkapkan kebanyakan orang. Tapi bagiku ini adalah sebuah tantangan yang begitu besar bahkan saya katakan ini adalah tantangan yang berat. Semakin mudah syaitan membujuk hati ini intuk berbuat maksiat bersama dengan dia dengan cara kami karus berpacaran. Mengapa saya katakan ini adalah tantangan yang berat bahkan susah? Karena sewaktu SMA dulu saya memberi contoh kepada adik-adik kelas terutama yang mengikuti ROHIS bahwa pacaran itu tidak ada dalam islam. Apakah lucu bila kita sering menasehati adik kelas bahwa acara itu “mohon maaf” haram, akan tetapi kita sendiri pacaran. Pasti akan terlihat konyol dan berdampak buruk kepada adik-adik yang sering kita nasehati tadi. Maka dari itu setiap detik yang akan saya lalui akan saya abadikan menjadi tulisan-tulisan walau tidak seindah para penulis yang handal tapi sya mencoba untuk mencapai.
Tempat tinggalku sekarang beralamatkan i Janti Gg. Johar 2 No.90 RT 3 RW 2 . disinilah tempat kos sementaraku yang pertama. Oh ya aku lupa, aku adalah seorang mahasiswa yang baru memulai kuliah tahun ini. Maklum anak baru ya perlu penyesuaian dan adaptasi terhadap lingkungan, hehe. Wah sekarang saya lagi bersabar menunggu kabar transfer selesai. Wiihh kayak pemain bola aja pake acara tranfer. Ehhhh jangan dikira aku ini pemain bola lho!! Maksudnya transfer adalah pindah tempat liqo (pengajian) yang dulu liqoku di SMA sekarang sudah berkembang, insyaallah ganti tempat liqo di kampus. Maklumlah mahasiswa baru.
Wah ternyata menunggu kepastian transfer liqo itu sungguh menguras kesabaran juga ya? Saya kira prosesnya itu simple gak kyak gini, sampai mau mutung aku. Hehe tapi jangan ditiru ya? Untuk menunggu kepastian liqoku setiap hari ku isi hari-hariku dengan siraman rohani, contohnya mendengarkan murotal Al-Qur’an, tilawah 1 juz sehari, mendengarkan rekaman ceramah, dll. Eh jangan berpikiran yang aneh-aneh dulu, mungkin saya terlihat sombong dengan mengatakan hal-hal kebaikan yang saya lakukan. Saya hanya menyampaikan apa yang saya lakukan selama hidup di Yogyakarta, ya saya mohon maaf bila ada yang tidak berkenan. Bukan hanya itu saja yang saya temui di sini bahkan saya sering berfikiran untuk berbuat yang kurang terpuji. Contohnya mengikuti kehidupan hedonisme, tidak mau beribadah dll. Akan tetapi hal itu tidak dapat saya lakukan ya mungkin karena efek dari tilawah saya tadi. Secara tidak langsung Allah menjaga hati saya. Wah jadi teringat perkataan murobbi saya waktu SMA dulu. Ketika itu beliau hanya berkata “akh jagalah hati antum”. Ya wajarlah waktu SMA dulu sering terpleset sama yang namanya wanita, hehehe mungkin sekarang masih beitu. Ya dulu saya menerjemahkan perkataan dari murobbiku itu adalah kesetiaan terhadap pasangan, tapi ternyata anggapanku itu salah karena “menjaga hati” itu berarti ketika kita harus menundukan pandangan kita terhadap hal-hal yang kurang bermaanfaat dan menjerumus ke maksiat. Wow ternyata epot juga ya hudup itu? Pacaran gak boleh, meroko juga gak boleh, minum miras juga gak boleh,menyakiti perasaan orang lain juga gak boleh pokoknya yang enak-enak itu dilarang, tapi tenang bro ingat kata-kata ini “semiskin-miskin orang kafir didunia adalah surga dan sekaya-kaya orang mukmin didunia adalah neraka”. Mengertimaksudnya apa gak??? Lo belum mengerti ya coba tak jelaskan sedikit aja. Karena semiskin-miskin orang kafir didunia tidak akan mendapatkan siksaan dan ketika di akhirat akan mendapatkan siksaan yang pedih dari Allah, sedangkan orang mukmin didunia ini walau mereka kaya tetap saja dunia ini seperti penjara bagi mereka karena semua yang enak-enak didunia ini dilarang tetapi diakhirat dia akan mendapatkan segala keistimewaan yang ketika didunia tidak ia dapatkan.
[...]

Kehidupan KOZ

-
Posted by Ramadhani
uses wincrt;

const phi=22/7;
var r:integer;
       kell,luas:real;

begin
writeln('menghitung luas dan keliling lingaran');
writeln('masukan r--> ');readln(r);
luas:=phi*sqr(r);
kell:=2*phi*r;
writeln('luas segitiga adalah ',luas:4:2,' cm2');
writeln('keliling segitiga adalah ',kell:4:2,' cm');
end.
[...]

Rumus Segitiga dalam bahasa pascal

-
Posted by Ramadhani
Hari ini adalah hari yang kurang baik bagi diriku karena tugas kuliah banyak yang numpuk. Badan juga terasa tidak begitu enak. tapi gak apa lah hadapi semua ini dengan sabar dan ikhlas pasti semua akan ada jalan keluarnya yang paling penting kita tidak menyerah kepada keadaan kita, apalagi menyalahkan keadaan. karena kita harus percaya dalam setiap keadaan yang kita alami adalah sarana kita untuk mendewasakan diri. seperti cuplikan lagu naysid ini.

menapaki langkah-langkah berduri
menyusuri rawa, lembah dan hutan
berjalan diantara tebing jurang
smua dilalui demi perjuangan

itu adalah cuplikan naysid yang memberitahukan kepada kita bahwa kita dituntut untuk menjadi manusia yang tahan banting. atau bisa disebut juga manusia yang tidak pernah menyerah dan menyalahkan keadaan. kita juga bisa membuat peluang dari keterpurukan yang kita alami. karena sesungguhnya orang yang gagal itu ada 2, yaitu orang yang berfikir tanpa bertindak dan orang yang bertindak tanpa berfikir. semoga kita bisa mengambil hikmah dari setiap kesulitan yang kita hadapi.
[...]

Keadaan

-
Posted by Ramadhani
Ahad (9/3/08) di tengah cuaca pagi Jakarta yang agak mendung, langit memayungi bumi dengan bersahabat. Jakarta yang sesunguhnya panas karena polusi yang tak terkendali, seolah hari itu diberikan previllege dengan kesejukan yang tak biasa. Hari itu ada amanah yang harus aku jalankan, pukul 7 pagi aku harus sudah meluncur ke daerah senayan tepatnya di masjid Al-Bina. Hanya tiga puluh menit waktu yang kutempuh untuk sampai di sana, sudah banyak orang yang hadir disana, umumnya mereka adalah para petugas catering dan juga panitia dari pihak keluarga yang hendak melakukan hajat hari itu.

Agendaku hari itu adalah menjadi pagar bagus untuk seniorku. Orang yang akan walimahan hari itu adalah seniorku di kampus baik mempelai wanita maupun pria, meskipun sang calon pengantin pria berbeda fakultas denganku tetapi aku cukup mengenalnya dengan baik. Terlebih pada saat pertama kali aku ikut dauroh awalan di kampus dialah yang menjadi pengisi acaranya, begitu juga ketika aku mulai aktif diormawa dialah salah satu mentor terbaikku. Untuk calon pengantin wanitanya dia, satu fakultas denganku dan satu organisasi ketika aku masuk kampus pertama kali.

Pukul 08:30 selepas shalat Dhuha, ring tone hpku berdering, bunyi sms masuk. Dari seniorku di sekolah ketika kubaca sang pengirim dari kotak inbox, kalimat pembukanya sungguh membuat tanganku tergetar, Innalillahi wa innalillahi roji'un telah meninggal dunia..... 160 character isi sms itu, sama dengan kapasitas hpku.
Sebuah kabar duka aku terima, ayah dari adik kelasku meninggal dunia di pagi yang sejuk itu. Bimbang tak tahu harus berbuat apa, ingin aku segera menuju ke tempatnya tapi ada amanah yang harus aku kerjakan beberapa jam lagi. Kuputuskan untuk memberi tahu dahulu teman-teman alumni rohis SMAku dulu, kemudian menelpon temanku untuk mengkoordinir teman-teman yang mau takziah lebih awal dari diriku. Teman-temanku bersepakat untuk takziah ba'da zuhur, berangkat bersama-sama dengan yang lainnya.

Pukul 09:00 acara akad nikah dimulai di ruang shalat Masjid Al-Bina, sederhana, yang hadir pada saat itu hanyalah keluarga dari kedua mempelai dan beberapa orang panitia yang mayoritas adalah adik kelas dari kedua calon mempelai. Tilawah, sambutan, taujih pembuka dari sang penghulu pun berlalu, babak yang menegangkan sebentar lagi akan hadir. Ijab Qabul! dipimpin sang penghulu, maka dusst... mempelai pria gugup, panik, salah dalam melafaskan ijabnya!! Diulang sekali lagi! dan yang kedua ini mulus, lancar tanpa kesalahan satupun, semua bersyukur dalam hati babak yang menegangkan telah berlalu. Setelah khutbah nikah & acara sungkeman sang pengantin pun diabadikan, senyum bahagia merekah di kedua pasang insan yang tengah berbahagia.

Pukul 10:20 di dalam ruang ganti pakaian, sang pengantin pria tampak begitu bergembira, berbagi kebahagiaan kepada orang-orang yang berada di dalam ruangan tersebut. Tak lupa dia ceritakan bagaimana perasaannya ketika ijab qabul tadi, yang sempat salah, tak ada lagi perasaan tegang di wajahnya, senyuman terus dia lempar bahkan tawanya mengiringi ketika ia bercerita tantang momen beberapa saat yang lalu itu. Resepsi dimulai, upacara adat mengawali jalannya acara resepsi dan selanjutnya berjalan seperti acara walimatul urs pada umumnya.

Pukul 19:20, komplek paspampres, kampung tengah, Jaktim. Sepeda motorku memasuki halaman parkir masjid komplek tersebut. Selesai wudhu kakiku melangkah ke dalam masjid, kupandangi jama'ah yang baru saja selesi shalat sunnah, mencoba mencari sesosok pemuda tinggi, yang air mukanya menyejukan hati. Dan disudut kiri masjid aku melihatnya, berdiri menggunakan kaos, kumelangkah menuju arahnya. Kupanggil namanya dan kupeluk tubuhnya, kuucap bela sungkawa dan meminta maaf akan keterlambatan aku untuk hadir ke rumah duka. Tersenyum, itulah responnya dan berkata lembut memaklumi akan keterlambatanku. Kumandang iqamat isya membuat kami tidak bisa berbincang banyak.

Selepas Isya kami pun menuju rumahnya yang malam itu mengadakan tahlilan. Setiba di halaman rumahnya, kami berbincang sejenak. Tak ada raut wajah tangis berlebih darinya, yang ada hanya senyuman yang menyejukkan hati, kesabaran, ketabahan, dan keikhlasan jelas tergambarkan di raut wajahnya. Begitu kuatnya ia ditinggal sang ayah pergi untuk selamanya, sampai-sampai senyuman yang khas melekat diwajahnya tak henti ia berikan kepada para tetangga yang datang untuk melaksanakan tahlilan.

Senyuman yang mungkin kalau boleh aku tuliskan adalah sebuah senyuman lega, mengingat sang ayah telah dirawat lebih dari dua minggu. Aku tahu hal ini karena, tiap kali ada agenda syuro alumni SMAku ia selalu izin lebih awal untuk menjaga sang ayah yang tengah dirawat di rumah sakit. Meski begitu ia tetap berusaha untuk hadir syuro walau hanya sebentar. Jum'at (7/3) ia izin tidak bisa ikut Raker karena menjaga sang ayah, dan dua hari kemudian kabar duka menghampiriku.

Waktu adalah keajaiban, di satu waktu ada dua orang yang berbahagia karena berhasil menyempurnakan separoh agamanya tetapi disaat yang bersamaan ada keluarga yang berduka karena telah kehilangan orang tercintanya untuk selamnya. Tetapi di waktu yang bersamaan sepertinya senyum tetap menghiasi orang yang berbeda ikhwal tersebut, senyum dengan sejumlah makna yang berbeda tetapi menggambarkan hal yang serupa. Pasangan pengantin tersenyum seolah menatap hari esok yang cerah bersama sang pujaan hati, di lain sisi keluarga yang ditinggalkan sang ayah tersenyum karena mengetahui sang ayah telah menghadapi sang khalik dengan terlebih dahulu dicuci dosanya dengan sakit yang menimpanya sebelum kematian menjemput. dan yang pasti sang orang tua pengantin bangga dengan anaknya yang telah memasuki babak kehidupan baru. Begitu juga dengan sang ayah yang telah tertimbun tanah pasti juga tersentum, karena telah berhasil menididik anak-anaknya menjadi anak yang sholeh & shloeha karena menerima dengan ikhlas kematiaannya dan berazam untuk tetap mencintai dakwah.

http://hudzaifah.org
[...]

Makna Senyuman

-
Posted by Ramadhani
Alhamdulillahi rabbil `alamin, washshalatu wassalamu `ala sayyidil mursalin, wa ba`du,

Kami pun turut prihatin dengan sikap dan metode amar makruf nahi mungkar yang demikian. Lepas dari siapa yang melakukannya dan siapa yang didiskreditkan. Meski barangkali tujuannya mulia, namun bila dilakukan dengan cara yang kurang mulia, tentu kurang selaras dengan niatnya.
Kalau lah memang asumsi kesalahan yang ada pada diri seseorang itu sangat kuat, bukankah sebaiknya yang bersangkutan diajak bicara dengan baik-baik. Seperti yang anda sebutkan, tidak bisakah mereka duduk satu meja dan mendiskusikan hal-hal itu secara internal. Bukan diangkat ke muka publik yang sulit terhindar dari fitnah dan ghibah.
Kami yakin, bila seorang muslim diingatkan dengan cara yang hikmah dan mauizhah hasanah, tentu tidak akan keras kepala. Bahkan sebaliknya, pastilah dia akan berterima kasih dan bersyukur. Tetapi manakala koreksi dan peringatan dilakukan dengan cara yang kurang manusiawi, apalagi sampai mencaci maki, mencela, memojokkan di muka umum, bahkan ada kesan yang kurang baik dari tujuannya, tentu amat kita sayangkan.
Secara umum, kita bisa merasakan betapa indahnya bila sikap saling menasehati itu dilakukan dengan cara-cara yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, yaitu dengan sikap ramah, sopan, tidak menggurui, tidak merasa benar sendiri dan tidak juga memvonis bahwa dirinya paling benar sendiri.

Bahkan dari sekian akhlaq Rasulullah SAW yang utama adalah beliau tidak mau menyebutkan nama seseorang di depan umum terkait dengan kesalahan yang dilakukannya. Beliau hanya berkata,"Maa Baalu Qaumin Yaf? aluna Kaza?". Sehingga yang diingatkan tidak merasa dibeberkan aibnya. Masing-masing orang akan berusaha mengoreksi diri sendiri, bukan sibuk mancari-cari kesalahan orang lain.

Lagi pula, kalau apa yang dituduhkan itu tidak benar, maka yang terjadi akan sebuah fitnah dan ghibah, bukan ? Padahal ghibah itu ibarat memakan daging saudara sendiri yang kita pasti merasa jijik. Allah SWT telah mengingatkan hal itu : Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka , karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Hujurat : 12)

Di sisi lain, mereka yang sering mengumbar kekurangan orang lain itu sebenarnya tidak pernah mendapat jaminan kemaksuman dari Allah, bukan ? Karena hanya Rasulullah SAW saja yang maksum. Sedangkan kita ini tentu tidak pernah luput dari dosa dan kesalahan. Jadi bagaimana mungkin kita yang sering salah dan dosa ini kerjanya hanya mencari-cari kesalahan orang lain ? Mengapa kita tidak sibuk mencari kesalahan diri sendiri ? Bukankah itu yang utama dan itulah yang sesuai dengan manhaj salaf ?

Semoga Allah SWT melindungi kita dari sifat-sifa yang kurang terpuji, Amien.

Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
http://syariahonline.com/
[...]

Sebuah Nasihat Buat Saya dan Ikhwah semua

-
Posted by Ramadhani

Setapak demi setapak engkau berjalan
Menyusuri bukit lembah dan hujan
Panas terik engkau lalui
Hujan badai engkau sebrangi
Tanpa mengenal rasa lelah
kami terus engkau bimbing
entah betapa sombong diri kami
keluh kesah yang engkau rasakan
hanya kesabaran yang terpancar
terima kasihku ucapkan
[...]

Keikhlasan

-
Posted by Ramadhani